Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2025

Cerita Pak Sarno - Ep 1.

Malam 1 – Ayah dan Kopi Pagi  Pagi di rumah kita biasanya sederhana. Bukan dengan suara mesin mobil menderu atau bel rumah yang mewah, tapi suara ayam tetangga, suara panci mbah yang ditaruh agak keras di dapur, dan… suara ayah mengaduk kopi. “Kriing… kring… kring…” sendok beradu sama gelas. Kopi hitam panas mengepul, aromanya khas—sedikit pahit, sedikit asam, tapi bagi ayah itu wangi semangat. Ayah duduk di kursi kayu, kursinya sudah agak miring, jadi setiap ayah geser pantat sedikit, bunyinya kriet-kriet . Sebelum kopi habis, biasanya sudah ada kejutan. Kadang Adam bangun duluan, rambutnya masih acak-acakan, matanya sepet kayak mata kucing baru melek. Dia langsung loncat ke pangkuan ayah, bikin kopi hampir tumpah. “Ayah, gendong!” katanya. Ayah cuma bisa ketawa, “Walah, kopiku belum habis, Nak. Kamu kalah sama kopi nih.” Sementara itu, Pouri… ah, itu cerita lain. Kadang masih molor, nyelimutin diri kayak kepompong. Kalau ayah manggil, “Pouriii… bangun, Nak,” biasanya jawaba...