Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2025

Cerita Pak Sarno Ep - 2

Rutinitas Momong Adam (Versi Panjang) Hari-hari ayah di rumah hampir selalu ditemani Adam. Bocah kecil itu seperti matahari pagi yang baru terbit—hangat sekaligus tak kenal lelah. Begitu membuka mata, Adam langsung memulai petualangannya. Tidak ada waktu untuk duduk diam. Kakinya yang kecil bergerak tanpa henti, dari kamar ke ruang tamu, dari ruang tamu ke dapur, lalu tiba-tiba sudah muncul lagi di halaman. Ayah mengikuti di belakang, bukan karena ingin, tapi karena harus. Mata anak kecil itu selalu menemukan sesuatu yang baru untuk dieksplorasi. Kadang dia menyeret mobil-mobilan di lantai, suaranya berderak di keramik. Kadang dia mengangkat sandal kiri dan kanan yang berbeda, berjalan dengan bangga seakan sedang memakai sepatu mahal. Kadang pula dia datang dari luar membawa daun bayam atau ranting kecil dari kebun, lalu meletakkannya di meja seolah itu hadiah penting. Bagi Adam, rumah bukan sekadar tempat tinggal. Baginya, setiap sudut adalah arena bermain. Kursi bisa jadi benteng,...

Cerita Pak Sarno - Ep 1.

Malam 1 – Ayah dan Kopi Pagi  Pagi di rumah kita biasanya sederhana. Bukan dengan suara mesin mobil menderu atau bel rumah yang mewah, tapi suara ayam tetangga, suara panci mbah yang ditaruh agak keras di dapur, dan… suara ayah mengaduk kopi. “Kriing… kring… kring…” sendok beradu sama gelas. Kopi hitam panas mengepul, aromanya khas—sedikit pahit, sedikit asam, tapi bagi ayah itu wangi semangat. Ayah duduk di kursi kayu, kursinya sudah agak miring, jadi setiap ayah geser pantat sedikit, bunyinya kriet-kriet . Sebelum kopi habis, biasanya sudah ada kejutan. Kadang Adam bangun duluan, rambutnya masih acak-acakan, matanya sepet kayak mata kucing baru melek. Dia langsung loncat ke pangkuan ayah, bikin kopi hampir tumpah. “Ayah, gendong!” katanya. Ayah cuma bisa ketawa, “Walah, kopiku belum habis, Nak. Kamu kalah sama kopi nih.” Sementara itu, Pouri… ah, itu cerita lain. Kadang masih molor, nyelimutin diri kayak kepompong. Kalau ayah manggil, “Pouriii… bangun, Nak,” biasanya jawaba...